Kamis, 21 Juli 2011

Seputar Kapitalisme dan Ajaran the Founding Fathers

ADAM Smith (1723-1790), dalam tulisannya yang terkenal “An Inquiry into the Nature and the Cause of the Wealth of Nations”, yang mengajukan pandangan bahwa bangsa-bangsa akan paling baik menciptakan nilai dan kekayaan dengan cara menggunakan prinsip pembagian kerja, setiap pekerja menjadi seorang spesialis dan dengan demikian menjadi produktif pada suatu bidang tertentu. Dalam keadaan ini tidak seorang pun mampu menciptakan segala sesuatu yang diperlukan; ia dapat memperoleh barang dengan mempertukarkan nilai yang dihasilkannya melalui pekerjaannya.

Adam Smith memandang pertukaran, hak milik perorangan dan pasar bebas sebagai landasan untuk membangun kemakmuran bangsa. Adam Smith sangat terkenal dengan istilah invisible hand (tangan yang tak terlihat), walaupun hanya satu pasangan kata tersebut yang ada dalam buku The Wealth of Nations: “Tanpa sengaja dengan dibimbing tangan yang tak terlihat, seorang yang bekerja dengan sebaik-baiknya untuk memperbaiki nasibnya, memperbaiki keadaan masyarakat.” Sebelum menulis. The Wealth of Nations (1776) Smith menulis The Theory of Moral Sentiment (1759) pada waktu dia menjadi Ketua Jurusan Filsafat Moral di University of Glasgow. Bermoral menurut Smith adalah menempatkan diri sebagai seseorang yang berbuat adil dan bisa membedakan baik dan buruk.

Adam Smith, Bapak Kapitalisme juga menyatakan: Men could safely be trusted to pursue their own self interest without undue harm to the community not only because of restrictions imposed by laws, but also because they were subject to built in restraint derived from morals, religion, custom and education. Seseorang dapat dipercaya untuk meraih kepentingan pribadinya tanpa merugikan masyarakat bukan hanya karena adanya batasan-batasan hukum, tetapi juga karena adanya pengendalian diri yang berasal dari moral, agama, kebiasaan dan pendidikan.

Kapitalisme yang baik adalah yang bermoral, kalau tidak dia akan jahat, seperti dinyatakan Frederick Jameson (Post Modernism, 1991): Capitalism is at one and the same time the best thing that has ever happened to the human race and the worst. Kapitalisme adalah pada satu saat sesuatu yang terbaik yang pernah terjadi pada kehidupan manusia dan yang terburuk.

Apabila berhubungan dengan kapitalisme kita juga harus memiliki persyaratan-persyaratan pendukungnya supaya tidak disalahgunakan dengan: 

  1. Mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang baik, sehingga tidak ditipu, disamping bisa mengemukakan pendapat dan bernegosiasi
  2. Mempunyai moral yang baik (good society) sehingga suka menolong sesama dan mencintai alam
  3. Mempunyai institusi dan peraturan yang baik (good governance) sehingga semua pihak sulit untuk berbuat tidak adil.
Menurut Joseph Stiglitz (Pemenang Nobel Ekonomi 2001) pasar membutuhkan regulasi yang tepat di sektor finansial, kebijakan persaingan usaha, serta kebijakan yang bisa menfasilitasi penguasaan teknologi dan mendorong transparansi, pendidikan dan peningkatan kemampuan nasional. Kebijakan industri dengan mempersempit kesenjangan teknologi dengan pinjaman pemerintah ke Chaebol di Korea Selatan berhasil membangun pabrik baja paling efisien di dunia. Permasalahannya dari krisis finansial di Asia bukanlah karena peran pemerintah yang terlalu berlebih, tetapi justru terbatasnya peran pemerintah dalam bidang keuangan. Permasalahan real estate di Thailand disebabkan ketiadaan peraturan pemerintah untuk mengendalikan laju investasi di bidang tersebut. Hal yang sama terjadi di Korea Selatan yang menghadapi masalah overlending (pemberian pinjaman berlebih) terhadap perusahaan-perusahaan dengan resiko tinggi dan corporate government yang lemah.

Menurut Stiglitz: “Jika informasi tidak sempurna dan pasar tidak lengkap yang hampir selalu terjadi, terutama di negara-negara berkembang, maka invisible hands bekerja sangat tidak sempurna.”
Stiglitz menyatakan: “The Asia financial crisis was brought on by a lack of adequate information in the financial sector.” Ternyata itu tidak hanya berlaku di Asia (termasuk Indonesia), tetapi juga berlaku di Amerika Serikat. Krisis disana diakibatkan oleh pinjaman untuk sektor perumahan yang tidak hati-hati.
Stiglitz juga menyatakan: “If globalization has not succeded in reducing poverty neither has it succeded in ensuring stability.” Jika globalisasi telah tidak berhasil mengurangi kemiskinan, maka dia juga tidak menjamin stabilitas. Perlu ada pertemuan untuk membicarakan langkah-langkah supaya globalisasi tidak membuat jurang antar miskin dan kaya semakin lebar, karena bila demikian dunia akan tidak stabil dan yang rugi adalah semua umat manusia.

John Maynard Keynes (1883-1946) dalam bukunya "The General Theory and Employment, Interest and Money" melihat kekurangan baik pada ekonomi pasar bebas maupun ekonomi terencana. la menganjurkan suatu peran positif untuk dimainkan oleh pemerintah dalam rangka mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh siklus bisnis melalui pengelolaan yang cepat terhadap pasokan uang dan kebijakan anggaran (fiskal). Menurut Keynes jika investasi swasta rendah, pemerintah seharusnya meminjam uang dan melakukan investasi publik (infrastruktur, pendidikan) dan bila investasi swasta tinggi pemerintah harus menghentikannya. Walaupun mendapat tantangan dengan argumentasi bahwa campur tangan pemerintah yang lebih banyak berarti mengurangi kebebasan, Keynes berpendapat bahwa apa yang dia usulkan adalah untuk menyelematkan kapitalisme bukan menguburnya.

UU Bailout US $ 700 miliar adalah bentuk campur tangan Pemerintah seperti anjuran Keynes. Peran pemerintah yang dibutuhkan pada saat investasi swasta rendah seperti yang dianjurkan Keynes dan dulu berhasil mengatasi depresi di Amerika Serikat (AS), banyak disalahgunakan dibeberapa negara berkembang dimana pemerintah mendanainya dengan meminjam uang dari luar negeri dan peminjam tersebut di korupsi. Akibatnya negara-negara tersebut tambah miskin dan dililit hutang.

Amerika bisa mengatasi Great Depression (tahun 1930an) pada waktu dipimpin oleh seorang yang lumpuh dan hidup diatas kursi roda, Franklin Delano Roosevelt (FDR). GDP Amerika turun dari $860 pada 1929 ke $630 di 1933 dan naik ke $1200 pada 1941. Kisah hidupnya dapat disaksikan dalam film Warm Springs (pemandian air panas), tempat dimana dia berjuang untuk menjadi lebih baik, sesudah kena penyakit lumpuh. FDR adalah Presiden Amerika Serikat yang paling lama (1933-45). Dia mempunyai kepedulian sangat tinggi terhadap orang lain, karena kelumpuhannya. Pemimpin yang perduli semacam FDR dibutuhkan untuk mengatasi krisis.

Jepang maju sejak Restorasi Meiji tahum 1868 dan ketetapan pendidikan pada tahun 1872 dimana diberlakukan sistem administrasi pendidikan berdasarkan sistem Perancis dan sistem sekolah serta kurikulum yang dipraktekkan di Amerika Serikat. Sistem tersebut mengutamakan pengertian yang menggantikan sistem sebelumnya di Jepang yang mengutamakan hafalan. Dideklarasikan pula bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan kemampuan untuk mendapatkan mata pencaharian; pendidikan adalah sumber kesuksesan individu dan kemajuan sosial serta setiap orang harus bersekolah tanpa memandang jenis kelamin. Pada tahun 1879 pemerintah mulai menekankan pendidikan moral di sekolah sekolah untuk mengkoreksi pengaruh Barat dan menyesuaikannya dengan kehidupan orang Jepang. Pendidikan moral meliputi pengekangan diri, kemandirian, kesabaran, rasa tanggungjawab, rasa solidaritas, terimakasih, rasa cinta alam, jiwa beragama, pentingnya dimensi spiritual, dan aturan aturan sosial tradisional.

Cina, India, Korea, Taiwan, Malaysia, dan Singapura belajar dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lain, tetapi mereka mempunyai semangat mandiri dan tidak mau didikte oleh negara lain. Mahatma Gandhi mengajarkan: “Ketidakadilan hanya dapat dihilangkan dengan membantu orang-orang untuk berubah. Perubahan tidak dapat dipaksakan, hanya dapat dianjurkan melalui ahimsa. Ahimsa bukan sifat pasif, negatif, melainkan daya kekuatan untuk perubahan. Daya kekuatan kebenaran dan cinta kasih yang diperlihatkan dalam tindakan, dengan tujuan membangkitkan orang lain supaya berdialog. Dialog memberikan kesempatan untuk membujuk, meyakinkan, dan mengubah”. Swadesi (mandiri) tidak berarti antiasing. Mereka berkeinginan untuk berkerja sama dengan pihak, hanya harus atas dasar saling menghormati.

Vietnam punya Panutan yaitu Paman Ho (Ho Chi Minh) yang arif dan sederhana. Penduduknya tidak rewel: disana BBM tidak disubsidi (Rp 7.500/liter), tidak senang protes, tidak ada masalah pembebasan tanah dan mereka sangat ramah dan mungil (Itulah sebabnya ketika mereka bikin lubang tikus di sekitar Saigon, orang Vietnam bisa masuk tetapi orang Amerika tidak bisa). Seorang teman yang bekerja di perusahaan petrokimia Amerika di Surabaya bercerita bahwa pabriknya di Surabaya sudah berdiri 20 tahun dan yang di Vietnam baru 5 tahun, tetapi produksi pabriknya di Vietnam sekarang lima kali yang di Indonesia. Di Vietnam ijin investasi diusahakan seminggu selesai dan pembebasan tanah oleh negara.

Putin (Pemimpin Rusia) menyatakan bahwa Rusia tidak akan kembali ke Komunisme dan tidak akan menjadi Kapitalisme. Politik Rusia adalah Patriotisme. Brasil, Rusia, Cina, India, Korea (BRICK) adalah negara2 baru yang sangat diperhitungkan di Dunia saat ini karena semangat Kemandiriannya.

Kenapa kita tidak mengimplementasikan saja ajaran Founding Fathers kita yaitu Berdikari (mandiri), Gotong Royong (perduli) dan Bebas Aktif dan Cinta Damai (bersahabat). Ada pepatah rumput tetangga lebih cantik. Kenapa kita tidak mensyukuri saja yang kita miliki? Ada buku Japanese Can Say No. Pada pertemuan World Trade Organization (WTO) yang lalu Chinese and Indian can say No. Bukan hanya berkata tidak, tetapi berkata tidak yang dihormati. Kapan giliran Indonesia?

Menurut Bung Karno, a Nation againts its own principle will never stand (sebuah bangsa yang melawan prinsipnya sendiri tidak akan mampu bertahan). Kemandirian sebaiknya tidak menjadikan kesendirian (egoisme) dan tidak diartikan sebagai anti bangsa lain. Menurut bung Hatta pembangunan ekonomi nasional hendaklah berdasarkan usaha sendiri dan bagi bangsa-bangsa yang belum maju harus berdasar pada cita-cita self help dan self reliance.

Keperdulian sebaiknya disertai dengan tanggung jawab. Jangan sampai suatu bantuan menyebabkan kondisi menjadi lebih buruk. Sikap bersahabat dengan Bangsa lain sebaiknya dalam kondisi setara. Menurut Bung Hatta bantuan yang diberikan begitu saja pada suatu negeri yang kurang maju semata-mata untuk melepaskan negeri itu dari berbagai kesulitan keuan¬gan, bukanlah pula bantuan pembangunan. Ini bantuan yang bersifat filantropi, yang tidak mendidik untuk berusaha dan berhemat. Bantuan semacam ini malahan mungkin memengaruhi pemerintahan negeri yang menerima bantuan menjadi pemboros dan tidak bertanggung jawab.
Keunggulan suatu bangsa bukan pada kekayaan sumber daya alam, tetapi pada moralnya. Herman Daly (Beyond Growth, 1996): Sustainable development will require a change of heart, a renewal of the mind and a healthy dose of repentance. These are all religious terms, and that is no coincidence because a change in the fundamental principles we live by is a change so deep that it is essentially religious whether we call it that or not. Pembangunan berkelanjutan akan membutuhkan perubahan nurani pembaruan pandangan dan tobat dalam dosis yang sehat.

Semua ini adalah istilah-istilah keagamaan dan hal itu bukan kebetulan karena suatu perubahan dalam prinsip-prinsip fundamental yang kita anut adalah perubahan yang sangat dalam sehingga hal itu sebenarnya adalah keagamaan baik kita menyebutnya demikian atau tidak. Syarat pembangunan yang berkelanjutan serta suatu Negara yang baik adalah adilnya pemimpin, amalnya pengusaha, alimnya ulama (akademisi) serta kemandirian dan kesabaran masyarakat. Bersambung