Rabu, 24 Agustus 2011

Disusun, Rencana BBG untuk Transportasi

Disusun, Rencana BBG untuk Transportasi
Maria Natalia | Heru Margianto | Senin, 17 Januari 2011 | 14:26 WIB

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO Pengemudi bajaj berbahan bakar gas menunggu giliran mengisi bahan bakar di SPBG Jalan Pemuda, Jakarta Timur.
JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) menyusun rencana aksi penyediaan bahan bakar gas (BBG) untuk transportasi di Indonesia. BBG adalah bahan bakar ramah lingkungan.
"Perlu koordinasi dari semua pihak terkait untuk mendukung peralihan penggunaan bahan bakar kendaraan dari bahan bakar minyak (BBM) ke BBG untuk transportasi," jelas Direktur Transportasi Bappenas, Bambang Prihartono, di Jakarta, Senin (17/01/2011).
Rencana aksi ini melibatkan pihak-pihak terkait seperti Departemen Perhubungan, Departemen Lingkungan Hidup, Pertamina, Perusahaan Gas Negara (PGN), Departemen Keuangan, serta organisasi-organisasi yang bergerak di bidang transportasi dan bahan bakar.
Ia menuturkan, terdapat sejumlah persoalan dalam pemanfaatan BBG. Misalnya, meningkatnya permintaan belum diimbangi dengan ketersediaan BBG. Jalur pipa gas di sejumlah kota di Indonesia masih sangat terbatas.
Persoalan lain adalah menyangkut harga. Anggota Dewan Energi Nasional, Widjajono Partowidagdo, mengungkapkan, harga BBG lebih murah dibanding BBM yang disubsidi pemerintah.
"Harga BBG Rp 3.100 per liter, lebih murah dari premium yang Rp 4.500 per liter. Harganya tidak kompetitif. Bagaimana swasta mau ikut ambil bagian dari bisnis ini kalau dirasa tidak menguntungkan. Kalau mau percepatan pemanfaatan gas harus juga dipikirkan harga yang bagus," kata dia.
Untuk memperluas distribusi gas, pemerintah rencananya akan membangun jalur pipa gas di beberapa kota yang dekat dengan produksi gas bumi. Selain itu, direncanakan pula penambahan jumlah SPBG di perkotaan dan pengembangan angkutan umum berbahan bakar gas.
Terkait rencana ini, pemerintah belum menetapkan taget waktu. Sekretaris Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Edi Purnomo mengatakan, yang paling penting saat ini adalah memperbaiki infrastruktur.
"Kalau sudah ada infrastrukturnya, pasti akan berjalan cepat. Belum ditargetkan waktunya kapan untuk beberapa kota, Jakarta sudah mulai 2011 ini, yang lain menyusul," ujar dia.