Selasa, 23 Agustus 2011

Pemenuhan Energi Negeri Kaum Mullah Dari Minyak Bumi Hingga Nuklir

Listrik Indonesia.com
Author : Administrator
Pemenuhan Energi Negeri Kaum Mullah  Dari Minyak Bumi Hingga Nuklir
Amerika Serikat dan Eropa mengecam Iran terkait program nuklir. Namun Iran terus mengembangkan nuklir terutama untuk kebutuhan listrik dalam negerinya.
Pengembangan sektor energi dan kelistrikan Iran, dari waktu ke waktu terus berkembang pe­sat. Sebelumnya, secara konvesional Iran hanya mengandalkan minyak bumi dan gas sebagai ba­han baku pembangkit listrik. Kini Iran telah mengembangkan pembangkit nuklir sebagai sumber energi listrik.
Kelistrikan Iran terus mengalami pengembangan dan peningkatan sejak 25 tahun lalu. Pengelolaan listik dan sumber bahan baku energi minyak dikelola secara bijak. Dari hanya berproduksi sebesar 7.000 megawatt, sekarang Iran telah mampu menghasilkan listrik berkekuatan 49.000 megawatt (MW).
Bahkan, 20 tahun ke depan diprediksi Iran sanggup menghasilkan 110.000 MW. Tak hanya minyak bumi, Iran juga berupaya mengembangkan pembangkit listrik mikrohidro yang sekarang produksinya mencapai 10 MW sampai 50 MW. Biaya investasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) relatif lebih murah dibandingkan dengan teknologi pembangkit listrik sejenis dari negara lain.
Negeri Kaum Mullah itu memiliki kemandirian energi yang kokoh. Pasalnya minyak bumi dan gas menjadi bahan baku utama pembangkit listrik. Terlebih di kawasan Timur Tegah, Iran termasuk negara yang memiliki cadangan minyak bumi terbesar di dunia.
Pada 2010, cadangan minyak Iran diposisikan nomor empat terbesar di dunia setelah Saudi Arabia, Venezuela, dan Irak.Sebelumnya, sampai tahun 2009, Iran masih dianggap sebagai negara yang memiliki cadangan minyak terbesar ketiga di dunia, di bawah Kerajaan Saudi Arabia dan Venezuela.
Tetapi belakangan, setelah Irak mengumumkan posisi cadangan minyak mereka yang baru pada awal Oktober 2010 yang sebesar 143,1 miliar barel, posisi tersebut kini diduduki Irak.
Berdasarkan data dari organisasi produsen msinyak dunia atau OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), Iran tercatat memiliki cadangan minyak sebesar 137,01 miliar barel. Angka tersebut mewakili 12,9% cadangan minyak dunia. Jauh sebelumnya lagi, Iran bahkan pernah ditempatkan oleh Oil and Gas Journal berada di posisi kedua di bawah Saudi Arabia pada 2006.
Ditilik dari sisi produksi, kontribusi Iran bagi dunia internasional, juga sangat besar. Pada 2005, produksi minyak mentah Iran tercatat 3,94 juta barrel per hari bpd (barrel per day) atau mewakili 5% produksi minyak mentah dunia.
Sepanjang 2005 hingga 2008, kapasitas produksi minyak mentah di Iran meningkat menjadi di atas 4,301 juta bpd. Pada 2009, kinerja produksi minyak mentah Iran diperkirakan sebesar 4,049 juta bpd.
Selain dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk energi listrik, minyak bumi Iran seperti juga di negara-negara lain dimanfaatkan untuk konsumsi kendaraan bermotor. Menurut pengamat energi, Widjajono Partowidagdo, pemerintah Iran sangat berkepentingan untuk menjaga cadangan minyak mereka.
Bahkan pemerintah Iran menjual harga bahan bakar minyak (BBM) kepada warganya sesuai dengan harga keekonomian. Jadi, harga BBM-nya cukup mahal. “Itu sebabnya, warga Iran tidak bisa semaunya mengkonsumsi BBM karena harganya terbilang mahal,” terang Widjajono.
Tak hanya untuk kebutuhan dalam negeri, Iran juga sangat aktif menggenjot ekspor minyak bumi ke berbagai negara. Iran merupakan salah satu negara pengekspor minyak mentah utama dunia.
Bahkan, pada 2009 lalu, ekspor minyak mentah Iran ke negara-negara Eropa mengalami peningkatan dua kali lipat dari tahun 2008. Sekarang, rata-rata ekspor minyak mentah Iran setiap harinya mencapai 2 juta barrel.
Lalu, di mana lokasi strategis minyak bumi dan gas di negara Ayatulloh Khomeini tersebut?
Berdasarkan data-data intelejen energi internasional, wilayah strategis sumber energi Iran terbagi dua. Ada wilayah yang kaya akan minyak bumi, dan ada wilayah yang kaya dengan cadangan gas.
Untuk minyak bumi, wilayah sumber energi Iran terletak bagian barat atau oleh kalangan intelijen energi dunia disebut sebagai wilayah Khuzestan. Meskipun, di wilayah tersebut juga ada cadangan gas.
Sementara itu, wilayah strategis cadangan gas alam Iran berada pada tiga tempat. Daerah Pars Selatan dengan cadangan gas sebesar 280-500 Tcf dan 17 miliar barrel kandungan minyak. Daerah Pars Utara sebesa 50 Tcf, dan di wilayah Kangan-Nar dengan posisi cadangan gas sebesar 23.7 Tcf.
Pars Selatan merupakan daerah yang dijadikan proyek prestisius pengembangan gas di Iran. Kilang gas di Pars Selatan, merupakan proyek energi gas terbesar bagi negara tersebut. Nilai investasi proyek tersebut diperkirakan mencapai 15 miliar dolar Amerika (AS). Pengembangan proyek gas Pars Selatan tersebut diyakini berkontribusi sebesar US$11 miliar untuk jangka waktu 30 tahun.
Beberapa perusahaan energi multinasional dari berbagai negara, terlibat dalam pengembangan proyek tersebut. Di antaranya, perusahaan asal Rusia-Gazprom, dari Petronas- Malaysia, ENI, LG- Korea Selatan dan Norwegia, Statoil.
Saat ini, kendati perusahaan-perusahaan minyak dari negara-negara Barat banyak yang hengkang dari Iran, namun beberapa negara masih banyak yang tertarik masuk ke Iran. Salah satunya adalah China. Diperkirakan, nilai investasi perusahaan-perusahaan asal China di bidang minyak dan gas ke Iran, telah mencapai US$ 40 miliar.
Bahkan, Iran melalui The Iranian Central Oilfields Company (ICOFC), berencana akan meningkatkan produksi gasnya menjadi 325 juta meter kubik gas per hari. Iran saat ini memiliki cadangan gas sebesar 29 triliun meter kubik atau sekitar 17% dari cadangan gas dunia.
Kebijakan Nuklir Damai
Selain minyak bumi dan gas, Iran juga gencar mengembangkan energi alternatif. Salah satunya, yang juga menjadi salah satu andalan adalah pengembangan energi nuklir. Kendati mendapat tudingan miring, Iran tetap kukuh mengembangkan nuklir sebagai sumber energi listrik di negara tersebut.
Tambang Saghand yang berlokasi di Iran Tengah, tepatnya sekitar 300 mil di Selatan Teheran, merupakan sumber utama uranium Iran. Kapasitas produksinya mencapai 132.000 ton bijih uranium per tahun. Secara total, cadangan uranium di tambang tersebut diperkirakan mencapai 1,73 juta ton.
Selain itu, Iran juga punya cadangan uranium lain di selatan Bandar Abbas, namun kapasitasnya lebih kecil. Tahun 2006, pemerintah Iran juga mengumumkan penemuan lokasi cadangan uranium baru di Khoshoomi, Charchooleh, dan Narigan.
Menurut Presiden Iran Mahmoed Ahmadinejad, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) bukan sekadar tumpuan masa depan pemenuhan kebutuhan energinya. PLTN juga simbol penguasaan teknologi canggih.
“Memperoleh teknologi nuklir untuk tujuan damai adalah tuntutan seluruh rakyat Iran. Dan pejabat sebagai wakil rakyat, harus berupaya sekuat tenaga untuk merealisasikan tuntutan tersebut,” tegas Ahmadinejad menjelaskan mengenai program nuklir Iran.
Ahmadinejad dikenal sosok yang tegas dan kharismatik. Kendati sederhana, namun dia sangat berani.
Termasuk jika kebijakan yang diambilnya harus bersinggungan dengan negara adidaya Amerika Serikat (AS). Meskipun Iran dikenai sangsi Internasional, terkait dengan program pengayaan nuklir, namun Iran bergeming menjalankan program nuklir mereka.
Setelah cukup lama berupaya, akhirnya Iran akan meng­operasikan PLTN pertama di negara tersebut. Lokasi PLTN tersebut berada di dekat kota pelabuhan teluk, Bushehr. Langkah pengembangan nuklir damai Iran, memang merupakan antisipasi terhadap potensi habisnya bahan baku minyak bumi Iran.
Apalagi, konsumsi listrik masyarakat Iran cukup besar, yakni sekitar 145,1 miliar kWh. Belum lagi kalau dipertimbangkan dengan jumlah penduduk Iran yang akan terus bertambah dan menjadi sebanyak 100 juta orang pada 2025.
Alhasil, Iran harus mengejar pertumbuhan daya listrik hingga sebesar 70.000 MW pada 2021. Bertolak dari hal tersebut, akhirnya pemerintahan Iran berupaya mengembangkan PLTN untuk mengejar keamanan pasokan listrik domestik.
Iran menetapkan target penyediaan pasokan energi listrik mereka pada 2021, sebagian besar akan dihasilkan dari energi alternatif. Perincianya sebanyak 10 % akan berasal dari tenaga nuklir, 20% dari hidro (tenaga air), 60 % dari gas, dan sisanya dari sumber energi lain.Selain pengembangan listrik di dalam negeri, bersama dengan Rusia, dan China, Iran terus berupaya berinvestasi pada sektor pembangkit listrik.
Kesuksesan Iran mengembangkan program pembangkit listrik berbasis nuklir, pada akhirnya menginspirasi negara lain untuk melakukan hal yang sama. Salah satunya negara asal Afrika, yakni Sudan, bakal mengikuti jejak Iran.
Menurut Presiden Sudan Omar al-Bashir, negara mereka belajar dari Iran mengenai sumber energi nuklir untuk kebutuhan listrik. Sudan memang berencana membangun reaktor nuklir, sekaligus PLTN yang rencananya akan selesai pada 2020. Untuk mengantisipasi tudingan miring Internasional, Sudan akan bekerjasama dengan Lembaga Energi Atom Internasional.